Selasa, 22 Oktober 2013

STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN 5 - 8


STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN (STANDART 5-8)


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1            Latar Belakang
Pelayanan bermutu atau berkualitas sering dikaitkan dengan biaya. Rosemary E. Cross mengatakan bahwa secara umum pemikiran tentang kualitas sering dihubungkan dengan kelayakan, kemewahan, kecantikan, nilai uang, kebebasan dari rasa sakit dan ketidaknyamanan, usia harapan hidup yang panjang, rasa hormat, kebaikan. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama – sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok maupun masyarakat.
Untuk menurunkan angka kematian ibu atau AKI perlu peningkatan standart dalam menjaga mutu pelayanan kebidanan. Ujung tombak penurunan AKI tersebut adalah tenaga kesehatan, dalam hal ini adalah bidan. Untuk itu pelayanan kebidanan harus mengupayakan peningkatan mutu dan member pelayanan sesuai standar yang mengacu pada semua persyaratan kualitas pelayanan dan peralatan kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Fokus pembangunan kesehatan terhadap tingginya AKI masih terus menjadi perhatian yang sangat besar dari pemerintah karena salah satu indikator pembangunan sebuah bangsa adalah AKI dan AKB. Maka dari itu, seorang bidan harus bisa melakukan standar pelayanan kebidanan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menurunkan AKI dan AKB.

1.2            Rumusan Masalah
1.    Apa definisi standar pelayanan kebidanan?
2.    Apa syarat standar pelayanan kebidanan?
3.    Bagaimana pengenalan standar pelayanan kebidanan ke 5 hingga ke 8?
1.3            Tujuan
1.   Tujuan Umum
Setelah mempelajari materi ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan mamahami tentang standart pelayanan kebidanan.
2.  Tujuan Khusus
a.   Diharapkan mahasiswa mengetahui definisi standart pelayanan kebidanan
b.  Diharapkan mahasiswa mengetahui syarat standart pelayanan kebidanan
c.   Diharapkan mahasiswa mengetahui pengenalan standart pelayanan kebidanan ke 5 hingga ke 8

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Standar Pelayanan Kebidanan
Telah disebutkan bahwa masalah mutu akan muncul bila ditemukan penyimpangan terhadap standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian kita dapat melaksanakan program menjaga mutu, perlulah dipahami apa yang dimaksud standart tersebut. Pada saat ini batasan tentang standart yang dipandang cukup penting adalah:
1.   Standart adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang dipergunakan sebagai batas penerimaan.
2.  Standart adalah kisaran variasi yang masih dapat diterima.
3.  Standart adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
4.  Standart adalah spesifikasi dan fungsi atau tujuan yang harus dipenuhi oleh suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa pelayanan kesehatan dapat memperoleh keuntungan maksimal dari pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
5.  Standart adalah tujuan produksi yang numerik, lazimnya ditetapkan secara sendiri namun bersifat mengikat, yang dipakai sebagai pedoman untuk memisahkan yang tidak bisa diterima atau buruk dengan yang dapat diterima atau baik.
Jika diperhatikan kelima batasan ini sekalipun rumusannya berbeda namun pengertian yang terkandung di dalamnya adalah sama. Standart menunjuk pada tingkat ideal tercapai yang diinginkan. Lazimnya ukuran tingkat ideal tersebut tidaklah disusun terlalu kaku, melainkan dalam bentuk minimal dan maksimal (range). Penyimpangan yang terjadi, tepi masih dalam batas – batas yang dibenarkan disebut dengan nama toleransi. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa standart adalah keadaan ideal atau tujuan yang harus dicapai oleh suatu sarana pelayanan kesehatan demi memaksimalkan pelayanan yang akan diberikan pada masyarakat.
2.2 Syarat standart Pelayanan Kebidanan
Syarat standart pelayanan kebidanan:
a.    Dapat diobservasi dan diukur
Mutu layanan kesehatan akan diukur berdasarkan perbandingannya terhadap standart layanan kesehatan yang telah disepakati dan ditetapkan sebelum pengukuran mutu dilakukan.
b.    Realistik
Maksudnya adalah kinerja layanan kesehatan yang diperoleh dengan nyata akan diukur terhadap kriteria mutu yang ditentukan, untuk melihat apakah standar layanan kesehatan dapat dicapai atau tidak.
c.    Mudah dilakukan dan dibutuhkan
Maksudnya adalah standar yang ditetapkan harus sesuai kebutuhan dan mudah untuk dilakukan .

Selain itu beberapa syarat standar antara lain:
a.    Jelas
b.    Masuk akal
c.    Mudah dimengerti
d.   Dapat dicapai
e.    Absah
f.     Meyakinkan
g.    Mantap, spesifik, serta eksplisit

Format standar pelayanan kebidanan
-       Tujuan : merupakan tujuan standar
-       Pernyataan standar : berisi pernyataan tentang pelayanan bidan yang dilakukan, dengan tingkat kompetensi yang diharapkan
-       Hasil : hasil yang ingin dicapai oleh pelayanan, dinyatakan dalam bentuk yang dapat diukur
-       Prasyarat : hal-hal yang diperlukan, agar pelayanan dapat menerapkan standar pelayanan
-       Proses : berisi langkah-langkah pokok yang perlu diukur untuk penerapan standar

2.3 Pengenalan Standar Pelayanan Kebidanan
Standar pelayanan kebidanan digunakan untuk menetukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standar pelayanan kebidanan juga dapat digunakan untuk:
a.      Menilai mutu pelayanan
b.     Menyusun rencana diklat bidan
c.      Pengembangan kurikulum pendidikan bidan
Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokkan menjadi 5 bagian besar, yaitu:
1.      Standar Pelayanan Umum (2 standar)
2.      Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
3.      Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)
4.      Standar Pelayanan Nifas (3 standar)
5.      Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar)

a.    Standar Pelayanan 5 : Palpasi Abdominal

Ø  Tujuannya :
Memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian bawah janin
Ø  Pernyataan standar :
Bidan melakukan pemeriksaan abdomen dengan seksama dan melakukan partisipasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu
Ø  Hasilnya :
·           Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik
·           Diagnosis dini kehamilan letak, dan merujuknya sesuai kebutuhan
·           Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya sesuai dengan kebutuhan
Ø  Persyaratannya :
1.      Bidan telah di didik tentang prosedur palpasi abdominal yang benar
2.     Alat, misalnya meteran kain, stetoskop janin, tersedia dalam kondisi baik
3.     Tersedia tempat pemeriksaan yang tertutup dan dapat diterima masyarakat
4.     Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA , kartu ibu untuk pencatatan
5.     Adanya sistem rujukan yang berlaku bagi ibu hamil yang memerlukan rujukan
6.     Bidan harus melaksanakan palpasi abdominal pada setiap kunjungan antenatal
b.    Standar 6 : Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan
Ø  Tujuan :
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung
Ø  Pernyataan standar :
Ada pedoman pengelolaan anemia pada kehamilan
Ø  Bidan mampu :
1.       Mengenali dan mengelola anemia pada kehamilan
2.      Memberikan penyuluhan gizi untuk mencegah anemia
3.      Alat untuk mengukur kadar HB yang berfungsi baik
4.      Tersedia tablet zat besi dan asam folat
5.      Obat anti malaria (di daerah endemis malaria )
6.      Obat cacing
7.      Menggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA, kartu ibu
8.      Proses yang harus dilakukan bidan :
Memeriksa kadar HB semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan pada minggu ke-28. HB dibawah 11gr%pada kehamilan termasuk anemia , dibawah 8% adalah anemia berat. Dan jika anemia berat terjadi, misalnya wajah pucat, cepat lelah, kuku pucat kebiruan, kelopak mata sangat pucat, segera rujuk ibu hamil untuk pemeriksaan dan perawatan selanjutnya. Sarankan ibu hamil dengan anemia untuk tetap minum tablet zat besi sampai 4-6 bulan setelah persalinan.
c.      Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan
Ø  Tujuan :
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan
Ø  Pernyataan standar :
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenal tanda serta gejala pre-eklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

Ø  Hasilnya:
Ibu hamil dengan tanda preeklamsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu, penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi
Ø  Persyaratannya :
Bidan melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, pengukuran tekanan darah
Ø  Bidan mampu :
Mengukur tekanan darah dengan benar, mengenali tanda-tanda preeklampsia, mendeteksi hipertensi pada kehamilan, dan melakukan tindak lanjut sesuai dengan ketentuan
d.    Standar 8 : Persiapan Persalinan
Ø  Pernyataan standar:
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan di rencanakan dengan baik
Ø  Prasyarat:
1.         Semua ibu harus melakukan 2 kali kunjungan antenatal pada trimester terakhir kehamilan
2.        Adanya kebijaksanaan dan protokol nasional/setempat tentang indikasi persalinan yang harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
3.        Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan pertolongan persalinan yang aman dan bersih
4.        Peralatan penting untuk melakukan pemeriksaan antenatal tersedia
5.        Perlengkapan penting yang di perlukan untuk melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman tersedia dalam keadaan DTT/steril
6.        Adanya persiapan transportasi untuk merujuk ibu hamil dengan cepat jika terjadi kegawat daruratan ibu dan janin
7.        Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA kartu ibu dan partograf
8.        Sistem rujukan yang efektif untuk ibu hamil yang mengalami komplikasi selama kehamilan
BAB 3
 PENUTUP

3.1 Simpulan
   Standar Pelayanan Kebidanan Dasar adalah norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Standar Pelayanan Kebidananan terdiri dari 24 Standar.
     Standar  pelayanan kebidanan digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Standart pelayanan kebidanan juga dapat digunakan untuk: Menilai mutu pelayanan, Menyusun rencana diklat bidan,  Pengembangan kurikulum pendidikan bidan. Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokkan menjadi 5 bagian besar, yaitu: Standar Pelayanan Umum (2 standar), Standar Pelayanan Antenatal (6 standar), Standar Pelayanan Persalinan (4 standar), Standar Pelayanan Nifas (3 standar), Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar).
3.2 Saran
Untuk menjadi bidan yang memenuhi standar, mahasiswa harus bisa lebih memahami standarisasi mutu program pelayanan kebidanan. Dan diharapkan kepada pembaca untuk dapat membaca atau mencari sumber-sumber untuk memperbaharui pengetahuan kita tentang standarisasi mutu program pelayanan kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA

Al- Assaf. 2009. Mutu  Pelayanan Kesehatan. EGC: Jakarta
http://sumbarsehat.blogspot.com/2012/07/standar-pelayanan-kebidanan-dasar.html
Satrianegara, M. Fais.2009.Buku Ajar Organisasi dan manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Wijono, Wibisono.2001.  Buku 1 Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Cetakan ke VI.

PDCA


MAKALAH
MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
KEMATIAN IBU HAMIL YANG DISEBABKAN PENDARAHAN
PADA TRIMESTER III





OLEH
KELOMPOK :
1.    INDRI TAN                             (11.14.1012)
2.    MARIA YULIANI PURBA       (11.14.1022)
3.    NI LUH PUTU WAHYU M.P  (11.14.1028)



AKADEMI KEBIDANAN GRIYA HUSADA
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami haturkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Taufik-Nya yang dilimpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Kematian Ibu Hamil yang disebabkan Pendarahan pada Trimester III.
Pembuatan Makalah ini merupakan tugas terstruktur dari mata kuliah kebidanan dan merupakan salah satu mata kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 
1.      Sugiarti,SKM.,M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya.
2.      Henny Juaria,SKM.,M.Kes, selaku Dosen dari Mata Kuliah Mutu Pelayanan Kebidanan
3.      Kedua orang tuaku dan adikku yang senantiasa memberikan do’a dan semangat.
Namun dalam pembuatan Makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan peningkatan kualitas makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para mahasiswa.


Surabaya, 7 Oktober 2013

Penyusun


                                                                                                                                                                           


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………….....................
KATA PENGANTAR …………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………..
BAB I     PENDAHULUAN ……………………………………..
1.1    Latar Belakang …………………………………………….
1.2     Tujuan Penulisan ……………………………………….....
1.3     Manfaat Penulisan ………………………………………...
BAB II   ISI ………………………………………………………
2.1    Definisi dan Klasifikasi Perdarahan Antepartum ………….
2.2     Penyebab Perdarahan Antepartum ………………………..
1.      Kelainan Plasenta ……………………………………..
2.   Kelainan Insersi Tali Pusat ............................................
3.      Kelainan Serviks dan Vagina …………………………
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1  Kasus Semu ...........................................................................
3.2  Siklus PDCA..........................................................................
BAB IV PENUTUP ……………………………………………....
4.1    Kesimpulan ………………………………………………..
4.2     Saran ……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..











BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang Masalah
Kehamilan merupakan suatu proses yang alami bagi seorang wanitadimana saat itu terjadi perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial didalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilan kelahiran bayi normal sehat dan cukup bulan. Namun semua itu kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga menimbulkan resiko yang bisa menyebabkan kematian pada ibu dan bayi.
Salah satu sasaran yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 16 per 1000 kelahiran hidup
(depkes RI, 2008)
Dan penyebab terbanyakdari angka kematian ibu tersebut adalah pendarahan (30-35%), infeksi (20-25%), sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum (19,0%) , infeksi (23-24%), prematuritas (15-20%), trauma persalinan (2-7%)dan cacat bawaan (1-3%).
( Ida Bagus Gede Manuaba, 1998 :5)
Dengan pernyataan diatas maka perlu dikembangkan ketrampilan bagi para bidan untuk mendeteksi secara dini kemungkinan adanya keadaan yang beresiko padakehamilan dan proses persalinan nantinya. Adanya pemeriksaan antenatal care yang memeriksa keadaan ibu secara dini apabila ada kelainan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan bayinya dalam keadaan sehat.
1.2    Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui penyebab dan bahaya pada perdarahan Trimester III bagi ibu dan janinnya.
1.3    Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat yang diperoleh dengan mempelajari tentang perdarahan Trimester III, yaitu penulis dapat mengetahui pencegahan dan penanggulangan perdarahan, selain itu penulis dapat mengetahui bahaya dan resikonya pada ibu dan janin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi dan Klasifikasi
                 Perdarahan antepartum merupakan perdarahan yang terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan tua. Abortus merupakan perdarahan pada kehamilan muda.
HAP (Haemorraghic Ante Partum) biasanya 3%  dari persalinan,28,3%    kematian perinatal.
Pedarahan antepartum biasanya di batasi pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 28 Minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada kehamilan sebelum 28 Minggu. Perdarahan setelah kehamilan 28 Minggu biasanya lebih banyak & lebih berbahaya dari pada sebelum kehamilan 28 Minggu, oleh karena itu memerlukan penanganan berbeda.
Kehamilan < 28 Minggu   →  Abortus
> 28 Minggu   →  Perdarahan antepartum

2.2 Patofisiologi
      Penyebab perdarahan antepartum
1.       Kelainan Plasenta
a.      Plasenta Previa :
Plasenta previa ialah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus.
1)   Klasifikasi
Plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
2)   Jenis plasenta previa:
·         Plasenta previa totalis : seluruh pembukaan jalan lahir tertutup plasenta.
·         Plasenta previa lateralis/parsialis : sebagian pembukaan jalan lahir  tertutup plasenta.
·          Plasenta previa marginalis : pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan.
·          Plasenta letak rendah : plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah  uterus, tapi  belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir.
Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir. Karena klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan anatomik melainkan fisiologis, maka klasifikasi akan berubah setiap waktu.
3)   Frekuensi
Plasenta previa terjadi kira-kira 1 diantara 200 persalinan.
4)   Etiologi
 Plasenta previa pada primigravida yang berumur > 35 Th , 10 kali lebih
sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur < 25 Th.
5)   Gambaran klinik
·         Darah berwarna merah segar
·         Bagian terbawah janin belum masuk PAP
·         Kelainan letak janin
Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan tanpa alasan, maka sesegera mungkin pasien datang ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Penentuan letak plasenta previa
·      Penentuan letak plasenta secara langsung .
Perabaan fornises / melalui kanalis servikalis, berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
·      Penentuan letak plasenta tidak langsung.
USG adalah cara yang sangat tepat, karena tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi  ibu dan janinnya & tidak menimbulkan rasa nyeri.
·      Diagnosis
Setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa, solusio plasenta dll.

·      Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 28 Minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada multigravida. Banyak perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
·      Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk PAP, apabila presentasi kepala biasanya kepala masih terapung diatas PAP & sukar didorong ke dalam PAP.
·      Pemeriksaan inspekulo
Bertujuan untuk mengetahui apakah  perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks & vagina, seperti erosio porsionis uteri, karsinoma porsio uteri, polipus serviks uteri, varises vulva & trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum harus dicurigai plasenta previa.

Penanganan
·      Prinsip dasar penanganan
Setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas untuk melakukan transfusi darah & operasi.
·      Penanganan pasif
-          Jika perdarahan diperkirakan tidak membahayakan
-          Janin masih premature dan masih hidup
-          Umur kehamilan kurang dari 37 Minggu
-            Tafsiran berat janin belum sampai 2500 gram
-          Tanda persalinan belum mulai dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janin dapat hidup di luar kandungan lebih baik.
-          Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam (VT)
-          Tangani anemia
-          Untuk menilai banyaknya perdarahan harus lebih didasarkan pada pemeriksaan hemoglobin & hematokrit secara berkala, dari pada memperkirakan banyaknya darah yang hilang pervaginam.




Tujuan  penanganan pasif : 
Pada kasus tertentu sangat bermanfaat untuk mengurangi angka kematian neonatus yang tinggi akibat prematuritas. Pada penanganan pasif ini tidak akan berhasil untuk angka kematian perinatal pada kasus plasenta previa sentralis.
·      Penanganan aktif
-          Perdarahan di nilai membahayakan
-          Terjadi pada kehamilan lebih dari 37 Minggu
-          Tafsiran berat janin lebih dari 2500 gram tanda persalinan sudah mulai
-          Pemeriksaan dalam boleh dilakukan di meja operasi.
Terdapat 2  pilihan cara persalinan :
Ø  Persalinan pervaginam
Bertujuan agar bagian terbawah janin menekan plasenta & bagian plasenta yang berdarah selama persalinan berlangsung. Sehingga perdarahan berhenti.
Dilakukan dengan cara :
1.    Pemecahan selaput ketuban karena
-  Bagian terbawah janin menekan plasenta dan bagian plasenta yang berdarah
-  Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti regangan segmen bawah uterus sehingga pelepasan plasenta dapat dihindari
2.      Pemasangan  Cunam Willett dan versi Braxton Hiks
Ø  Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap dilakukan.
Prognosis
Pada plasenta previa dengan penanggulangan yang baik   maka kematian ibu rendah sekali,tapi jika keadaan janin buruk menyebabkan kematian perinatal prematuritas.

b.      Solusio Plasenta
Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus uteri sebelum janin lahir.
Solusio plasenta dibagi dalam 3 macam :
1.      Solusio plasenta totalis : plasenta lepas seluruhnya
2.      Solusio plasenta parsialis : plasenta lepas sebagian
3.      Solusio plasenta ringan / ruptura sinus marginalis : Plasenta lepas pinggirnya (sedikit).
Penyebab solusio placenta belum diketahui :
Faktor predisposisi
1.      Umur ibu tua
2.      Multiparitas
3.       Hipertensi kronis
4.      Pre eklamsi
5.      Trauma
6.      Tali pusat pendek
7.      Tekanan vena cava inferior
8.      Defisiensi asam folik

Manifestasi klinis :
·      Solusio plasenta ringan
Terjadi ruptura sinus marginalis / sebagian kecil plasenta yang lepas, perdarahan sedikit / terjadi bisa pervaginam dan berwarna kehitaman, perut agak sakit atau tegang, bagian janin masih mudah diraba.
·      Solusio plasenta sedang
Terjadi pelepasan plasenta lebih dari 1/4 bagian atau kurang dari 2/3 bagian, sakit perut berlebihan, perdarahan pervaginam, dinding uterus tegang dan nyeri tekan sehingga janin sukar diraba, ibu syok dan gawat janin, kelainan pembekuan darah & ginjal.
·      Solusio plasenta berat
Plasenta lepas lebih dari 2/3 bagian, terjadi tiba-tiba, ibu syok dan janin sudah meninggal, terjadi perdarahan pervaginam, kelainan pembekuan darah & payah ginjal.

Gejala solusio plasenta
1.      Jika darah masih sedikit maka tidak selalu terjadi perdarahan pervaginam.
2.      Gejala awal :
-          nyeri abdomen
-          uterus tegang
-          nyeri tekan uterus
3.      Darah berwarna kehitaman
4.      Perdarahan banyak sehingga terjadi syok dan janin sudah meninggal

Komplikasi
-          Perharahan  sehingga terjadi syok hipovolemik
-          Kelainan pembekuan darah
-          Oliguria sampai dengan payah ginjal
-          Gawat janin sampai menyebabkan kematian janin

Penanganan
1)   ANC
-   Harus waspada jika ada factor presdiposisi maka harus ditangani dengan segera
-   Kelainan letak janin
-   Bagian bawah janin belum masuk PAP maka harus dicurigai terjadi plasenta previa sehingga segera di lakukan pemeriksaan dengan USG
-   Tangani anemia
-   Pemeriksaan golongan darah ibu & calon donor
-   ANC & persalinan harus dilaksanakan di Rumah sakit
2)   Pertolongan pertama
-   Pada  setiap perdarahan lebih dari normal sebelum persalinan harus dianggap HAP apapun penyebabnya
-   Harus dibawa ke rumah sakit yang memiliki sarana operasi dan tranfusi darah
-   Periksa dalam (VT) menyebabkan banyak perdarahan sehingga tidak boleh dilakukan diluar kamar operasi
-   Tampon vagina tidak berguna karena berbahaya
-   Pasang infus sebelum syok
-   Penyediaan darah segera

Penanganan
1.      Solusio plasenta ringan
-          Pada kehamilan kurang dari 37 Minggu jika   perdarahan berhenti, nyeri abdomen berkurang, uterus tidak tegang, maka pasien boleh pulang, tetapi jika perdarahan bertambah lagi & tanda-tanda solusio plasenta berlebihan maka akhiri kehamilannya.
-          Pada kehamilan lebih dari 37 Minggu dengan mengakhiri kehamilan.
2.      Solusio plasenta sedang dan berat
-          Sediakan /pasang tranfusi darah
-          Memecahkan ketuban dapat dilakukan persalinan pervaginam lebih 6 jam, setelah solusio plasenta maka harus dilakukan seksio sesarea.
-          Sediakan/beri infus oksitosin
-          Penanganan komplikasi
Prognosis
       Pada solusio plasenta prognosis tergantung luas plasenta yang lepas, banyaknya perdarahan, cepatnya penanganan yang ditunjukan oleh ibu.Untuk solusio plasenta berat 100% kematian pada janin.Untuk solusio plasenta ringan dan sedang tergantung pada luas plasenta yang lepas, usia kehamilan yang ditunjukan untuk janin.

2.    Kelainan insersi tali pusat
Insersi tali pusat normal yaitu bagian tengah
Abnormal :
1)   Insersi dipinggir 
2)   Insersi lapisan amnion/korion (pembungkus ketuban) yaitu insersi velamentosa
3)   Pembuluh-pembuluh darah berjalan melalui pembukaan serviks uteri pada persalinan saat vasa previa.

3.      Kelainan serviks dan vagina
1)      Erosio porsionis uteri
2)      Karsinoma porsionis uteri
3)      Polipus servisis uteri
4)      Varises vulvae
5)      trauma








BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Semu
            Ny. S datang ke BPS Siti komariah pada tanggal 7 oktober 2013 pukul 08.00 wib ibu mengatakan usia kehamilan 9 bulan. Ini adalah anak pertama, Ny.S mengeluh terdapat pengeluaran darah sedikit dari jalan lahir, perut agak sakit atautegang bila ditekan. Ibu tidak sedang mengalami tanda-tanda inpartu. Hasil pemeriksaan bidan ditemukan:
·       Ku : baik
·       TTV : tensi : 110/70 mmHg , Nadi : 96x/mnt, suhu : 370c, RR : 24x/mnt

3.2 Siklus PDCA
A.Plan / Perencanaan
1.    Judul Rencana
kematian ibu hamil yang disebabkan perdarahan pada Trimester III
2. Rumusan Pernyataan dan Uraian Masalah
Salah satu sasaran yang ditetapkan pemerintah pada tahun 2010 adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi 16 per 1000 kelahiran hidup
(depkes RI, 2008)
Dan penyebab terbanyakdari angka kematian ibu tersebut adalah pendarahan (30-35%), infeksi (20-25%), sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum (19,0%) , infeksi (23-24%), prematuritas (15-20%), trauma persalinan (2-7%)dan cacat bawaan (1-3%).
( Ida Bagus Gede Manuaba, 1998 :5)
Membuat Gantt Chart
No
Kegiatan
Bulan / Minggu
I
II
III
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
mempersiapkan alat-alat untuk pemeriksaan pasien.













2.
Mencari penyebab terjadinya pendarahan













3.
memperbaiki keadaan umum ibu.













4.
melakukan pemeriksaan TTV ( tensi, Nadi, suhu).













5.
Melakukan tes golongan darah untuk mengantisipasi terjadinya pendarahan.













6.
melakukan cek HB untuk mengetahui ibu mengalami anemi atau tidak.













7.
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.













8.
mempersiapkan keluarga atau masyarakat yang mau donor darah, jika sewaktu waktu ibu memerlukan tranfusi darah.













9.

10.
bekerjasama dengan pihak PMI setempat.
bekerja sama dengan masyarakat pengadaan transportasi untuk mencapaitempat kesehatan, misalnya menggunakan kendaraan milik masyarakat setempat.
















B.               DO/ PELAKSANAAN
Melaksanakan prioritas pemecahan masalah dengan POA
Membuat POA → Format rencana pelaksanaan kegiatan
No.
Uraian Masalah
Sasaran/ target
Langkah kegiatan
Sumber daya
Penanggung Jawab
Batas waktu
1.
kematian ibu hamil yang disebabkan perdarahan pada Trimester III
Menurunkan angka kematian ibu hamil yang disebabkan perdarahan pada Trimester III
1.      mempersiapkan alat-alat untuk pemeriksaan pasien.
2.      mencaripenyebab terjadinya pendarahan.
3.      memperbaiki keadaan umum ibu.
4.      melakukan pemeriksaan TTV ( tensi, Nadi, suhu).
5.      melakukan tes golongan darah unruk mengantisipasi terjadinya pendarahan.
6.      melakukan cek HB untuk mengetahui ibu mengalami anemi atau tidak.
7.      melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi.
8.      mempersiapkan keluarga atau masyarakat yang mau donor darah, jika sewaktu waktu ibu memerlukan tranfusi darah.
9.      bekerjasama dengan pihak PMI setempat.
10.  bekerja sama dengan masyarakat pengadaan transportasi untuk mencapaitempat kesehatan, misalnya menggunakan kendaraan milik masyarakat setempat.
tersedia

·  Bidan
Paling lambat 2 jam untuk merujuk kerumah sakit

c.                  CHECK/ PEMANTAUAN
Setelah melakukan rencana kerja, selanjutnya melakukan check / penilaian apakah tindakan yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana/ belum :
1.      memeriksa keadaan umum ibu
2.      memeriksa pendarahan pada jalan lahir
3.      memantau kadar HB ibu

d.                ACTION/PERBAIKAN
Selanjutnya merumuskan tindakan perbaikan apabila terdapat penyimpangan dari pemantaun yang telah dilakukan.
1.      Segera melakukan kolaborasi dengan dokter
2.      Segera melukukan rujukan ke fasilitas yang lebih lengkap
3.      Segera terminasi kehamilan
4.      Memberikan tranfusi darah jika diperlukan



BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1.    Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada ibu hamil lebih dari 28 Minggu.
2.    Abortus merupakan pandarahan kurang dari 28 Minggu.
3.     Penyebab perdarahan antepartum
a.       Kelainan plasenta :
-          Plasenta previa
-          Solusio previa
-          Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya
b.      Kelainan serviks & vagina
-          Erosio porsionis uteri
-          Karsionamia porsionis uteri
-          Polipus servisis uteri
-          Varises vulva
-          Trauma       

4.2 Saran
      Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehata harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.



DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawiraharjo, Hanifa Wiknjosastro.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina pustaka
Mochtar,Rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC
Manuaba, IBG.1998.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.jakarta:EGC